Minggu, 09 Juni 2013

Trauma Abdomen

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN
TRAUMA ABDOMEN

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL             ………………………………. i
DAFTAR ISI                     ………………………………. ii
KATA PENGANTAR             ………………………………. iii
BAB I P    ENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang            ………………………………. 1
    B.    TujuanPenulisan            ………………………………. 1
BAB II ISI   
A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    Pengertian           
2.    Etiologi               
3.    Manifestasi klinik           
4.    Patofisiologi           
5.    Patway               
6.    Teori ashan keperawatan       
7.    Pemeriksaan penunjang        
B.    KONSEP ASUHAN KEGAWAT DARURATAN
1.    Pengkajian primer            
2.    Pengkajian sekunder           
3.    Diagnosa keperawatan utama   
4.    Intervensi dan rasional               
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
    Kesimpulan                       
     Saran                                                        
DAFTAR PUSTAKA               




KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah GADAR TRAUMA ABDOMEN tanpa halangan suatu apapun.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.





Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
B.    TUJUAN
Mahasiswa mampu mempelajari asuhan kegawat daruratan dalam masalah trauma abdomen.
TUJUAN KHUSUS
1.    Mahasiswa memahami pengertian trauma abdomen
2.    Mahasiswa dapat memahami konsep dasar masalah trauma abdomen
3.    Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan kegawatdaruratan

BAB II
ISI

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis.       
Trauma penetrasi dan Trauma non penetrasi
a.    Trauma penetrasi
•    Trauma Tembak
•    Trauma Tumpul
b.    Trauma non penetrasi
•    Kompresi
•    Hancur akibat kecelakaan
•    Sabuk pengaman
•    Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari kontusio dan laserasi.
a.    Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan massa darah dapat menyerupai tumor.
b.    Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen:
a.    Perforasi organ visarel intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
b.    Luka tusuk (trauma penetrasi) 
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c.    Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma atau sayap kanan dan hati harus di eksplorasi.

2.    Etiologi
a.    Penyebab trauma penetrasi
•    Luka akibat terkena tembakan
Luka tembus akibat peluru dibedakan menjadi 2 yaitu “Low-Veloxity” dan “High-Veloxity”. Hampir seluruh luka tembus akibat peluru mengakibatkan kerusakan pada organ dalam perut.
•    Luka akibat tikaman benda tajam
•    Luka akibat tusukan
b.    Penyebab non-penetrasi
•    Terkena kompresi atau tekan dari luar tubuh
•    Hancur (tertabrak mobil)
•    Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
•    Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olahraga

3.    Manifestasi Klinik
a.    Nyeri tekan di atas daerah abdomen
b.    Distensi abdomen
c.    Demam
d.    Anorexia
e.    Mual dan muntah
f.    Takikardi
g.    Peningkatan suhu tubuh
h.    Nyeri spontan
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat ruptur dibagian dalam abdomen:
a.    Terjadi perdarahan intra abdominal
b.    Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga terganggu fungsi usus tidak normal dan biasanya mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena)
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus abdomen. Biasanya organ yang terkena penetrasi mengalami perdarahan.
4.    Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-penetrasi kemungkinan terjadi perdarahan intra abdominal yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai dengan penurunan sel darah merah yang akhirnya akan menyebabkan syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi yang menekan saraf perotonitis dan tanda-tanda peritonium akan cepat tampak. Tanda-tanda trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila syok berlanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis munkon belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan.
Perdarahan yang terjadi di intra abdomen akan mengakibatkan pasien mengalami muntah darah yang mengakibatkan kekurangan volume cairan pada tubuh pasien.

5.    Pathway
Trauma (Kecelakaan)


Penetrasi/Non Penetrasi


Terjadi Perforasi Lapisan Abdomen


Menekan Saraf Peritonitis


Perdarahan Intra Abdominal
       

Penurunan Sel Darah Merah        Nyeri   

                  Muntah Darah       
        Resiko Infeksi
               

                     Takikardi       


Kekurangan Volume Cairan   

6.    Teori Asuhan Keperawatan
a.    Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran aktif
•    Pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan
R/ Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
•    Berikan transfusi darah
R/ Untuk menggantikan darah yang keluar
•    Instruksikan kepada pasien untuk tidak duduk atau berdiri jika sirkulasi terganggu
R/ Untuk menghindari hipotensi
•    Kolaborasikan  dengan dokter pemberian cairan infus
R/ Untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan
b.    Nyeri akut b/d agen cidera fisik
•    Kaji karateristik nyeri
R/ Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
•    Berikan pada pasien posisi semi fowler
R/ Untuk mengurangi kontraksi abdomen
•    Anjurkan pada pasien untuk menggunakan teknik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ Untuk membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
•    Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik sesuai indikasi
R/ Untuk membantu mengurangi rasa nyeri
c.    Resiko Infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh
•    Kaji tanda-tanda infeksi
R/ Mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
•    Kaji keadaan luka
R/ Keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.
•    Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ Teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
•    Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ Antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar
7.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Trauma penetrasi
•    Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen supine (sambil tidur) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
•    IVP atau Urogram Excretory dan CT-Scanning
Dilakukan untuk mengetahui jenis cidera ginjal yang ada.
•    Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
•    Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya: fraktur pelvis, trauma non penetrasi
b.    Trauma non-penetrasi
•    Pengambilan contoh darah dan urine
Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, glukosa, amilase.
•    Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multi trauma, berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
•    Study kontras Urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur.
B.    KONSEP ASUHAN KEGAWATDARURATAN
Riko 25 tahun datang ke UGD diantar Winda 23 tahun dengan keluhan muntah darah, riko nampak memegangi perutnya sambil mengerang kesakitan, pada perut tampak lebam. GCS: E 3 V 3 M 5 Nadi 85x/m S: 36ÂșC R: 20x/m TD: 130/90 
1.    Pengkajian Primer (Primary Survey)
a.    PenangananAwal
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas
•    A (Airway/Jalannafas).
Untuk menilai  adanya gangguan jalan nafas (airway) maka kita gunakan metode “look, listen and feel”. Contoh ukuran penilaian:
Look : kita dapat melihat adanya pergerakan jalan nafas. 
Listen: kita mendengar adanya suara nafas tambahan yang mempunyai berbagai macam jenis, paling sering adalah snoring (ngorok) yg disebabkan oleh obstruksi mekanis seperti lidah yang jatuh ke hipfaring, gargling (suara kumur) yang disebabkan oleh cairan seperti darah atau sekret yang berlebihan, dan crowing (suara melengking saat inhalasi) karena adanya spasme laring.
Feel : maka kita akan merasakan adanya hembusan angin.
Bila salah satu dari hal tersebut kita temukan maka segeralah lakukan pembebasan jalan nafas. Pertama bersihkan mulut dengan tangan kita (finger swab), lalu lakukan triple airway manuver (ekstensi leher, head tilt dan chin lift). Berhati-hati pada pasien multiple trauma, jangan lakukan ekstensi leher tapi segera pasang collar neck.
•    B (Breathing, denganVentilasi Yang Adekuat)
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respires korban (kecepatan,  ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
•    C(Circulation,denganKontrolPerdarahanHebat)
Di dalam kasus ini, klien muntah darah dan mengerang kesakitan memegangi perutnya, terdapat luka lebam di daerah abdomen, maka tindakan utama yang di lakukan adalah memberikan infuse RL tanpa klem untuk memperbaiki cairan yang keluar, dan menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
2.    Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
a.    Pemeriksaan Fisik
•    Aktifitas/istirahat
Apakah terdapat perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
•    Sirkulasi
Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
•    Integritas ego
Perubahan tingkah laku/kepribadian (tenang atau dramatis).
•    Eliminasi
Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
•    Makanan dan cairan
Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan, atau mengalami distensi abdomen
•    Neurosensori
Apakah terjadi kehilangan kesadaran sementara, vertigo. Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
•    Nyeri dan kenyamanan
Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama, dengan menampakkan wajah meringis, gelisah, merintih.
•    Pernafasan
Perubahan pola nafas.
•    Keamanan
Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
b.    Pemeriksaan Laboratorium
•    Pemeriksaan darah rutin
Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/mm³, empedu atau amylase dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Misalnya serum amylase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pancreas atau perforasi usus halus. Tindakan selanjutnya akan dilakukan prosedur laparotomi.
•    Pemeriksaan urin rutin
Bias menunjukkan ada tidaknya trauma pada saluran kemih bila di jumpai hematuri. Urin yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
c.    Pemeriksaan Penunjang
•    Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thoraks
•    Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroparineal dekat duodenum, corpus alineum, dan perubahan gambaran usus.

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengkajian
Kendala yang didapatkan: pada resume kasus tidak didapatkan data mengenai jumlah darah yang dikeluarkan oleh klien, tidak dapat melakukan pengkajian untuk diagnose nyeri mengenai skala nyeri dan waktu saat dirasakan nyeri.
B.    Diagnosa
1.    Alasan mengangkat diagnose keperawatan?
Diagnosa yang diambil yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif karena dari resume kasus didapatkan data klien mengeluh muntah darah.
2.    Alasan memprioritaskan diagnosa tersebut didukung dengan landasan teori.
Diagnose tersebut diprioritaskan pertama karena pada pengkajian ABCDE, pengkajian pada Circulation yaitu klien muntah darah dan mengerang kesakitan memegangi perutnya, terdapat luka lebam di daerah abdomen.
3.    Intervensi yang dipilih, alasan melakukan  intervensi tersebut.
Penanganan segera untuk diagnosa tersebut dengan memasang infuse RL, tanpa di klem, untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan tubuh.













ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA Tn. RDENGAN TRAUMA ABDOMEN
DI UGD RS MUNTILAN

A.    IDENTITAS PASIEN
Namapasien            : Tn. R
Umur                : 25th
Agama                : Islam
Pekerjaan            : -
Jenis kelamin            : Laki-laki
Diagnosa medis            : Trauma Abdomen
Tanggal MRS            : 7 April 2013
Tanggal pengkajian        : 8 April 2013
Nama penanggung jawab    : Nn. W

B.    DATA FOKUS
1.    Keluhan utama:
Muntah darah, pasien nampak memegangi perutnya sambil mengerang kesakitan, pada perut tampak lebam.
a.    Airway: bebas, tidak ada secret, tidak ada obstruksi jalan nafas
b.    Breathing: RR 20x/m
c.    Circulation :
•    Kesadaran umum: Composmentis
•    TD : 130/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36 0C
•    Perdarahan: mulut, karena muntah darah
d.    Disability: pemeriksaan status neurologis (GCS) : E3 V3 M5, nyeri
e.    Eksposure: terdapat jejas (trauma tumpul) pada daerah abdomen
f.    Riwayat penyakit sekarang: nyeri pada abdomen
g.    Riwayat penyakit dahulu: tak terkaji

C.    PENGKAJIAN
1.    Blood    : muntah darah
2.    Breathing    : RR = 20x/menit
3.    Blader    : -
4.    Bowel    : -
5.    Bone    : -

D.    TERAPI MEDIS
1.    Infus RL: tanpa klem, pengganti cairan
2.    Injeksi:
•    Ranitidin 1 amp (IV), asam lambung (mencegah terjadinya mual-muntah)
•    Cefotaxime 1 gr/12jam/ IV, antibiotik
•    Keterolac 1 gr/12jam/IV, analgesik

1 komentar: