Rabu, 02 Mei 2012

Penyakit Degeneratif: Hipertensi


PENYAKIT DEGENERATIF:

HIPERTENSI





BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Peningkatan tekanan darah (hipertensi) mempengaruhi fungsi dan struktur pembuluh darah. Hipertensi sebagai faktor risiko untuk ATH telah dibahas sebelumnya. Di bagian ini, kita pertama-tama membahas mekanisme hipertensi, dan akhirnya perubahan pada pembuluh darah halus yang berkaitan dengan penyakit ini.
Walaupun merupakan masalah kesehatan umum yang kadang-kadang menimbulkan konsekuensi berat, hipertensi sering tidak menimbulkan gejala sampai tahap perkembangan lanjut.

1.2     Tujuan
A.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami penyakit keturunan hipertensi
B.     Tujuan Khusus
·         Mahasiswa mampu memahami definisi atau pengertian hipertensi.
·         Mahasiswa mampu memahami etiologi atau peyebab hipertensi.
·         Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala hipertensi.
·         Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari hipertensi.
·         Mahasiswa mampu memahami faktor risiko hipertensi
·         Mahasiswa mampu memahami komplikasi hipertensi
·         Mahasiswa mampu memahami perwatan penderita hipertensi di rumah.
·         Mahasiswa mmpu memahami penatalaksanaan hipertensi.
·         Mahasiswa mampu memahami pencegahan dari hipertensi.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Hipertensi adalah salah satu fakor resiko terpenting pada pnyakit jantung koroner dan cerebrovascular accidents; selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan hipertrofi jantung dan gagal jantung (penyakit jantung hipertensif), diseksi (dissection) aorta, dan gagal ginjal. Efek merugikan dari tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan tekanan; tidak ada ambang batas pasti yang memisahkan risiko dari norml. Bagaimanapun tekanan diastole menetap diatas 90 mmHg, atau tekanan sistole menetap di atas 140 mmHg, dianggap hipertensi. Dengan menggunakan kriteria ini, program penapisan mendapatkan bahwa 25% orang dalam populasi umum mengidap hipertensi. Prevalensi dan ketrentanan mengalami penyulit meningkat seiring usia dan, karena sebab yang tidak diketahui, tinggi pada orang berkulit hitam. Penurunan tekanan darah secara dramatis mengurangi insiden dan angka kematian akibat IHD, gagal jantung, dan stroke.
Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik (hipertensi esensial), yang memungkinkan umur panjang, kecuali apabila terjadi infark miokardium, cerebrovaskular accident, atau penyakit lain. Sebagian besar sisa “hipertensi jinak” ini disebabkan oleh penyakit ginjal atau, yang lebih jarang, penyempitan arteria renalis, biasanya oleh sebuah plak ateromatosa (hipertensi renovaskular). Walaupun jarang, hipertensi dapat disebabkan oleh penyakit kelenjar adrenal, seperti aldosteronisme primer, sindrom Cshing, feokromositoma, atau penyakit lain.
Sekitar 5% pengidap hipertensi memperlihatkan peningkatan cepat tekanan darah yang apabila tidak diterapi, menyebabkan kematian dalam 1 atau 2 tahun. Sindrom klinis ini, disebut hipertensi maligna atau dipercepat, ditandaii dengan hipertensi berat (tekanan diastole lebih dari 120 mmHg), gagal ginjal, serta perdarahan dan ekssudat retina, dengan atau tanpa papiledema. Kelainan ini dapat timbul pada orang yang sebelumnya normotensi, tetapi lebih sering pada pengidap hipertensi jinak, baik esensial  maupun sekunder.

2.2 Etiologi
Berbagai mekanisme ipertensi jinak merupakan penyimpangan dari pngendalian fisiologik normal tekanan darah.
Pengandalian Tekanan Darah. Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan olehh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan, dan demografik yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistensi perifer total. Total curah jantung dipengaruhi oleh tekanan darah, sementara volume darah sangat bergantung pada homestasis natrium. Resistnsi perifer total terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskuler normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh vasokontriksi humoral dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida nitrat). Pembuluh resistensi juga memperlihatkan autoregulasi; peningkatan aliran darah memicu vasokonstriksi agar terjadi hiperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik α- dan β-), mungkin penting.
Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah, sebagai berikut:
§  Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi perifer dan homeostasis natrium. Renin yang dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus ginjal mengubah angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angotensin II oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). Angiotensn II meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskuler) dan volume darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi natrium dalam tubulus distal).
§  Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepresoe atau anthipertensi (termasuk prostaglandin dan nitrat oksida) yang mungkin melawan efek vasopresor angiotensin.
§  Bila volume darah berkurang, laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate) turun sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan volume darah meningkat.
§  Faktor netriuretik yang tidak bergantung pada laju filtrasi glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan oleh atrium jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume, menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal dan menyebabkan vasodilatasi.
§  Bila fungsi ekskresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan adalah peningkatan tekanan arteri.
Penyebab dari hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
A. Hipertensi Essensial / Hipertensi Primer
Terdapat sekitar 95% kasus hipertensi yang menyebabkan belum diketahui secara pasti/idiopatik. Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
1.)      Keturunan dan umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yang tidak dapat dikontrol. Semakin tua umur atau usia seseorang, maka katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elasisitas pembuluh darah menurun, serta menngkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehinga tekanan darah meningkat.
2.)      Obesitas atau kegemukan: Kegemukan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan system sirkulasi
3.)      Konsumsi alkohol
4.)      Merokok: Dengan merokok akan mengakibatkan vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah oleh kandungan nikotin dalam rokok.

B. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal
Terdapat sekitar 3 % kasus hipertensi, penyebab spesifikasinya telah diketahui. Hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Mansjoer, 1999: 548)
Penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti namun para ahli mengungkapkan ada 2 faktor yang memiliki terjadinya penyakit hipertensi.
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol
§  Keturunan
§  jenis kelamin
§  umur

b. Faktor yang dapat dikontrol
Umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan, antara lain :
§  Kegemukan (obesitas)
§  Kurang olah raga
§  Stress: Untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormone stres) dapat mengakibatkan darah karena bersifat vasokonstriksi.
§  Konsumsi kopi
§  Konsumsi alkohol dan merokok
§  Konsumsi garam yang berlebihan: Mengonsumsi banyak garam mengakibatkan lebih tinggi angka untuk terjadi hipertensi dari pada orang-orang yang mengonsumsi garam hanya  sedikit.

2.3 Tanda dan Gejala
Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan ada kalanya melalui pemeriksaan tembahan terhadap ginjal dan pembuluh. Setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasa nyeri kepala pada pagi hari sebelum bngun tidur. Nyeri ini biasanya hilang setelah bangun.
Gejala yang sering ditemukan :
§  Sakit Kepala
§  Epitaksis
§  Pusing
§  Cepat marah
§  Telinga berdengung
§  Sukar tidur
§  Rasa berat di tengkuk/leher
§  Mata berkunang-kunang
§  Mudah lelah

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

2.5 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita.
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi.
Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh.
Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

2.6 Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.

2.7 Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat.
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.
Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat.
Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan cara yang terkontrol .
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone –hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan.
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium.
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat ( Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan.
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah – buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi.
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal – hal berikut :
§  Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
§  Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
§  Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap.
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah.
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh.

2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
§  diit rendah lemak
§  diit rendah garam dapur, soda, baring powder, natrium benzoat, monosodium glutamat.
§  Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol
§  Lakukan olahraga secara teratur
§  Hentikan kebiasan merokok (minum kopi)
§  Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai kegemukan
§  Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai.
2. Penatalaksanaan Medis
§  Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
§  Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
§  Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
§  Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan memunkginakn besat untuk seumu                  r hidup.

2.9 Pencegahan
Tindakan-tindakan umum, seperti :
a.    Menguruskan badan. Kegemukan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan system sirkulasi, bila bobot ekstra dihilangkan TD dapat turun.
b.    Mengurangi garam dalam diet. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek penurunan tensi 1 mmHg, maka untuk mencapai penurunan TD yang nyata konsumsi garam harus di batasi sampai < 6g sehari.
c.    Membatasi kolesterol. Berguna untuk membatasi resiko atherosclerosis denga mengkonsumsi serat-serat nabati dan banyak makan sayur-sayuran yang pantang daging (vegetarir)
d.   Berhenti merokok
e.    Membatasi minum kopi sampai maksimum 3 cangkir sehari
f.     Membatasi minum alcohol sampai 2-3 konsumsi (bir,anggur )sehari
g.    Cukup istirahat dan tidur
h.    Gerak badan yang cukup bertenaga, secara teratur (jalan agak cepat setiap hari) minimal 3 kali seminggu selam sekurang-kurangnya setengah jam.


BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada makalah ini, kami mengangkat penyakit “Hipertensi” sebagai contoh dari penyakit degeneratif atau penyakit menurun. Kami juga melakukan pengkajian secara umum kepada salah satu orang yang mengalami penyakit tersebut.
Ny. A adalah seorang ibu dari 1 anak yang mempunyai penyakit hipertensi dan berumur kurang lebih 40  tahun. Tinggal di daerah Pucang, Secang, Magelang.
Beliau telah menderita penyakit ini sejak 5 tahun yang lalu, atau sekitar tahun 2007. Ny. A mengatakan bahwa orang tuanya (ibu) juga menderita hipertensi.
Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. A sering mengalami hipertensi saat keadaan emosional tidak stabil atau saat mengalami stress dan terlalu lelah beraktifitas.
Saat Ny. A mengalami peningkatan tekanan darah, tekanan darah pasien dapat mencapai 160/100 mmHg, dan pasien mengalami keluhan pusing, mata berkunang-kunang dan terasa berat dibagian tengkuk. Tetapi saat merasakan keluhan tersebut, Ny. A tidak langsung memeriksakan diri ke dokter atau klinik terdekat. Beliau juga jarang mengkonsumsi obat penurun tekanan darah.


Berikut adalah foto dari Ny. A yang menderita hipertensi.

Description: Foto3344.jpg                           Description: Foto3348.jpg
                        Gambar (a)                                                      Gambar (b)

Gambar (a) adalah foto Ny. A saat sedang dilakukan pengukuran tekanan darah oleh anggota kelompok kami. Sedangkan gambar (b) adalah foto Ny. A secara utuh.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah sebuah penyakit dimana tekanan darah pasien diatas normal. Dan salah satu penyebab dari hipertensi adalah faktor keturunan. Ny.A adalah salah satu orang yang mengalami hipertensi yang merupakan keturunan dari orang tuanya. Dalam kasus ini adalah dari ibu nya.


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Price, Anderson Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 2005. Patofisiologi Edisi 2 volume 6. EGC: Jakarta.
Ø  Robbins.2007. Buku ajar Patologi Robbins volume 2-Edisi 7. Alih bahasa Brahm U. Pendit. EGC. Jakarta.
Ø  Ilyas,Sidarta. Muzakkir Tanzil. Salamun. Zainal Azhar. 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Ø  Editor: Ilyas, Sidarta. Mailangkay. Hilman Taim. Rama R Saman. Monang Simarmata. Purbo S Widodo. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto: Jakarta
Ø  http://denfirman.blogspot.com/2010/06/laporan-pendahuluan-hipertensi.html (Tanggal akses: 11 April 2012, waktu: 14.00 WIB)
Ø  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf (Tanggal akses: 14 April 2012, waktu: 19.15 WIB)
Ø http://www.klinikmatanusantara.com/file/479.pdf (tanggal Akses: 14 April 2012, waktu: 19.18 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar