PENYAKIT DEGENERATIF:
HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peningkatan
tekanan darah (hipertensi) mempengaruhi fungsi dan struktur pembuluh darah.
Hipertensi sebagai faktor risiko untuk ATH telah dibahas sebelumnya. Di bagian
ini, kita pertama-tama membahas mekanisme hipertensi, dan akhirnya perubahan
pada pembuluh darah halus yang berkaitan dengan penyakit ini.
Walaupun
merupakan masalah kesehatan umum yang kadang-kadang menimbulkan konsekuensi
berat, hipertensi sering tidak menimbulkan gejala sampai tahap perkembangan
lanjut.
1.2
Tujuan
A.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami penyakit keturunan hipertensi
B.
Tujuan Khusus
·
Mahasiswa mampu
memahami definisi atau pengertian hipertensi.
·
Mahasiswa mampu
memahami etiologi atau peyebab hipertensi.
·
Mahasiswa mampu
memahami tanda dan gejala hipertensi.
·
Mahasiswa mampu
memahami patofisiologi dari hipertensi.
·
Mahasiswa mampu
memahami faktor risiko hipertensi
·
Mahasiswa mampu
memahami komplikasi hipertensi
·
Mahasiswa mampu
memahami perwatan penderita hipertensi di rumah.
·
Mahasiswa mmpu
memahami penatalaksanaan hipertensi.
·
Mahasiswa mampu
memahami pencegahan dari hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hipertensi
adalah salah satu fakor resiko terpenting pada pnyakit jantung koroner dan
cerebrovascular accidents; selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan
hipertrofi jantung dan gagal jantung (penyakit jantung hipertensif), diseksi
(dissection) aorta, dan gagal ginjal. Efek merugikan dari tekanan darah
meningkat seiring dengan peningkatan tekanan; tidak ada ambang batas pasti yang
memisahkan risiko dari norml. Bagaimanapun tekanan diastole menetap diatas 90
mmHg, atau tekanan sistole menetap di atas 140 mmHg, dianggap hipertensi.
Dengan menggunakan kriteria ini, program penapisan mendapatkan bahwa 25% orang
dalam populasi umum mengidap hipertensi. Prevalensi dan ketrentanan mengalami
penyulit meningkat seiring usia dan, karena sebab yang tidak diketahui, tinggi
pada orang berkulit hitam. Penurunan tekanan darah secara dramatis mengurangi
insiden dan angka kematian akibat IHD, gagal jantung, dan stroke.
Sembilan
puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik (hipertensi esensial),
yang memungkinkan umur panjang, kecuali apabila terjadi infark miokardium,
cerebrovaskular accident, atau penyakit lain. Sebagian besar sisa “hipertensi
jinak” ini disebabkan oleh penyakit ginjal atau, yang lebih jarang, penyempitan
arteria renalis, biasanya oleh sebuah plak ateromatosa (hipertensi
renovaskular). Walaupun jarang, hipertensi dapat disebabkan oleh penyakit
kelenjar adrenal, seperti aldosteronisme primer, sindrom Cshing,
feokromositoma, atau penyakit lain.
Sekitar
5% pengidap hipertensi memperlihatkan peningkatan cepat tekanan darah yang
apabila tidak diterapi, menyebabkan kematian dalam 1 atau 2 tahun. Sindrom
klinis ini, disebut hipertensi maligna atau dipercepat, ditandaii dengan
hipertensi berat (tekanan diastole lebih dari 120 mmHg), gagal ginjal, serta
perdarahan dan ekssudat retina, dengan atau tanpa papiledema. Kelainan ini
dapat timbul pada orang yang sebelumnya normotensi, tetapi lebih sering pada
pengidap hipertensi jinak, baik esensial
maupun sekunder.
2.2 Etiologi
Berbagai
mekanisme ipertensi jinak merupakan penyimpangan dari pngendalian fisiologik
normal tekanan darah.
Pengandalian Tekanan Darah. Tingkat
tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan olehh interaksi
berbagai faktor genetik, lingkungan, dan demografik yang mempengaruhi dua
variabel hemodinamik: curah jantung dan resistensi perifer total. Total curah
jantung dipengaruhi oleh tekanan darah, sementara volume darah sangat
bergantung pada homestasis natrium. Resistnsi perifer total terutama ditentukan
di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus
vaskuler normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh vasokontriksi humoral
dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida nitrat). Pembuluh
resistensi juga memperlihatkan autoregulasi; peningkatan aliran darah memicu
vasokonstriksi agar terjadi hiperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH
dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik α- dan β-), mungkin
penting.
Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah, sebagai
berikut:
§ Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi
perifer dan homeostasis natrium. Renin yang dikeluarkan oleh sel
jukstaglomerulus ginjal mengubah angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angotensin II oleh angiotensin-converting enzyme
(ACE). Angiotensn II meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskuler) dan volume darah
(stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi natrium dalam tubulus
distal).
§ Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepresoe atau
anthipertensi (termasuk prostaglandin dan nitrat oksida) yang mungkin melawan
efek vasopresor angiotensin.
§ Bila volume darah berkurang, laju filtrasi glomerulus (glomerular
filtration rate) turun sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi natrium oleh
tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan volume darah meningkat.
§ Faktor netriuretik yang tidak bergantung pada laju filtrasi
glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan oleh atrium
jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume, menghambat reabsorpsi natrium
di tubulus distal dan menyebabkan vasodilatasi.
§ Bila fungsi ekskresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang
membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan adalah peningkatan
tekanan arteri.
Penyebab dari
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
A. Hipertensi
Essensial / Hipertensi Primer
Terdapat
sekitar 95% kasus hipertensi yang menyebabkan belum diketahui secara
pasti/idiopatik. Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
1.)
Keturunan dan
umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yang tidak dapat
dikontrol. Semakin tua umur atau usia seseorang, maka katup jantung menebal dan
kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elasisitas pembuluh darah menurun, serta menngkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehinga tekanan darah meningkat.
2.)
Obesitas atau
kegemukan: Kegemukan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan system
sirkulasi
3.)
Konsumsi
alkohol
4.)
Merokok: Dengan
merokok akan mengakibatkan vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah oleh
kandungan nikotin dalam rokok.
B. Hipertensi
Sekunder / Hipertensi Renal
Terdapat
sekitar 3 % kasus hipertensi, penyebab spesifikasinya telah diketahui.
Hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
(Mansjoer, 1999: 548)
Penyebab
hipertensi belum diketahui secara pasti namun para ahli mengungkapkan ada 2
faktor yang memiliki terjadinya penyakit hipertensi.
a. Faktor yang
tidak dapat dikontrol
§ Keturunan
§ jenis kelamin
§ umur
b. Faktor yang
dapat dikontrol
Umumnya
berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan, antara lain :
§ Kegemukan (obesitas)
§ Kurang olah raga
§ Stress: Untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan noradrenalin
(hormone stres) dapat mengakibatkan darah karena bersifat vasokonstriksi.
§ Konsumsi kopi
§ Konsumsi alkohol dan merokok
§ Konsumsi garam yang berlebihan: Mengonsumsi banyak garam
mengakibatkan lebih tinggi angka untuk terjadi hipertensi dari pada orang-orang
yang mengonsumsi garam hanya sedikit.
2.3 Tanda dan Gejala
Gangguan hanya dapat dikenali dengan
pengukuran tensi dan ada kalanya melalui pemeriksaan tembahan terhadap ginjal
dan pembuluh. Setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasa nyeri kepala pada
pagi hari sebelum bngun tidur. Nyeri ini biasanya hilang setelah bangun.
Gejala yang sering ditemukan :
§ Sakit Kepala
§ Epitaksis
§ Pusing
§ Cepat marah
§ Telinga berdengung
§ Sukar tidur
§ Rasa berat di tengkuk/leher
§ Mata berkunang-kunang
§ Mudah lelah
2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
2.5 Faktor
Risiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35
tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya
terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih
tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah
umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata
wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari
Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan
Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah
perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita.
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang
memicu masalah terjadinya hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit
keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka
sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi.
Garam dapur merupakan faktor
yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah
ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam
kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam mengandung 40% sodium
dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.
Garam mempunyai sifat menahan
air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan
sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih
atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam
sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi.
Merokok merupaka salah satu
faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin
akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap
pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu dadarah hingga
ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap
rokokmenggantikan iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga
dan jaringan tubuh.
Aktivitas sangat
mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan aktvitas akan
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot
jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan
sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
Stress juga sangat erat merupakan
masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
2.6 Komplikasi
Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
Gejala terkena stroke adalah
sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah
laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
Infark Miokard dapat terjadi
apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen
ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
Gagal ginjal dapat terjadi
karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal,
glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
Gagal jantung atau
ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan
cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering
disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
Ensefalopati dapat terjadi terjadi
terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.
2.7 Perawatan
Penderita Hipertensi di Rumah
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya
dilakukan oleh keluarga dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari
anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat
penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada
hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi
kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup
psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat.
Merokok sangat besar perananya meningkatkan
tekanan darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang
memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin
diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh
aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh
melalui pembuluh darah yang sempit.
Dengan berhenti merokok tekanan darah akan
turun secara perlahan , disamping itu jika masih merokok maka obat yang
dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok
efektifitas obat akan meningkat.
Mengurangi berat badan juga
menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker .Secara umum,
semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan
seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan
cara yang terkontrol .
Alkohol dalam darah merangsang
adrenalin dan hormone –hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau
menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang
berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar
kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan
diastolik 7 mmhg.
Modifikasi diet atau
pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari
pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara
garis besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah
kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan
berat baadan.
Diet rendah garam diberikan
kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah
garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan
penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium
atau natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung
cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah
sodium dan natrium.
Sumber sodium antara lain
makanan yang mengandung soda kue, baking powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ),
pengawet makanan atau natrium benzoat ( Biasanya terdapat didalam saos, kecap,
selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung
natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan
obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Diet rendah kolestrol dan
lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolestrol,
trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari –
hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika
dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan
kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari
setiap makanan.
Diet tinggi serat sangat
penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu serat
kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –
buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu :
kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol
maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat
dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi.
Diet rendah kalori dianjurkan
bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan
berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40
tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal
– hal berikut :
§ Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi
atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
§ Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
§ Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Stres tidak menyebabkan
hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan
darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode stress sering
terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal
sama halnya seperti yang menetap.
Manfaat olah raga yang sering
di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda
sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan
hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan darah.
Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan
tekanan darah.
Istirahat merupakan suatu kesempatan
untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan
meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak
dari pada bekerja produktif samapai melebihi kepatuhan.Meluangkan waku istiraha
itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari –
hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan,tetapi
yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina
tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh.
2.8
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
§ diit rendah lemak
§ diit rendah garam dapur, soda, baring powder, natrium benzoat,
monosodium glutamat.
§ Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol
§ Lakukan olahraga secara teratur
§ Hentikan kebiasan merokok (minum kopi)
§ Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai
kegemukan
§ Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai.
2. Penatalaksanaan Medis
§ Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
§ Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan
darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
§ Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti
hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
§ Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang
dengan memunkginakn besat untuk seumu r
hidup.
2.9 Pencegahan
Tindakan-tindakan umum, seperti :
a.
Menguruskan
badan. Kegemukan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan system
sirkulasi, bila bobot ekstra dihilangkan TD dapat turun.
b.
Mengurangi
garam dalam diet. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek penurunan
tensi 1 mmHg, maka untuk mencapai penurunan TD yang nyata konsumsi garam harus
di batasi sampai < 6g sehari.
c.
Membatasi
kolesterol. Berguna untuk membatasi resiko atherosclerosis denga mengkonsumsi
serat-serat nabati dan banyak makan sayur-sayuran yang pantang daging
(vegetarir)
d.
Berhenti
merokok
e.
Membatasi minum
kopi sampai maksimum 3 cangkir sehari
f.
Membatasi minum
alcohol sampai 2-3 konsumsi (bir,anggur )sehari
g.
Cukup istirahat
dan tidur
h.
Gerak badan
yang cukup bertenaga, secara teratur (jalan agak cepat setiap hari) minimal 3
kali seminggu selam sekurang-kurangnya setengah jam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada makalah ini, kami mengangkat
penyakit “Hipertensi” sebagai contoh dari penyakit degeneratif atau penyakit
menurun. Kami juga melakukan pengkajian secara umum kepada salah satu orang
yang mengalami penyakit tersebut.
Ny. A adalah seorang ibu dari 1 anak
yang mempunyai penyakit hipertensi dan berumur kurang lebih 40 tahun. Tinggal di daerah Pucang, Secang,
Magelang.
Beliau telah menderita penyakit ini
sejak 5 tahun yang lalu, atau sekitar tahun 2007. Ny. A mengatakan bahwa orang
tuanya (ibu) juga menderita hipertensi.
Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. A
sering mengalami hipertensi saat keadaan emosional tidak stabil atau saat
mengalami stress dan terlalu lelah beraktifitas.
Saat Ny. A mengalami peningkatan
tekanan darah, tekanan darah pasien dapat mencapai 160/100 mmHg, dan pasien
mengalami keluhan pusing, mata berkunang-kunang dan terasa berat dibagian
tengkuk. Tetapi saat merasakan keluhan tersebut, Ny. A tidak langsung
memeriksakan diri ke dokter atau klinik terdekat. Beliau juga jarang
mengkonsumsi obat penurun tekanan darah.
Berikut adalah foto dari Ny. A yang
menderita hipertensi.
Gambar
(a) Gambar
(b)
Gambar (a) adalah foto Ny. A saat
sedang dilakukan pengukuran tekanan darah oleh anggota kelompok kami. Sedangkan
gambar (b) adalah foto Ny. A secara utuh.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah sebuah penyakit
dimana tekanan darah pasien diatas normal. Dan salah satu penyebab dari
hipertensi adalah faktor keturunan. Ny.A adalah salah satu orang yang mengalami
hipertensi yang merupakan keturunan dari orang tuanya. Dalam kasus ini adalah
dari ibu nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Price, Anderson Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 2005. Patofisiologi Edisi 2 volume 6. EGC:
Jakarta.
Ø Robbins.2007. Buku ajar Patologi Robbins volume 2-Edisi 7. Alih bahasa Brahm U.
Pendit. EGC. Jakarta.
Ø Ilyas,Sidarta.
Muzakkir Tanzil. Salamun. Zainal Azhar. 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta
Ø Editor:
Ilyas, Sidarta. Mailangkay. Hilman Taim. Rama R Saman. Monang Simarmata. Purbo
S Widodo. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk
Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto: Jakarta
Ø http://denfirman.blogspot.com/2010/06/laporan-pendahuluan-hipertensi.html
(Tanggal akses: 11 April 2012, waktu: 14.00 WIB)
Ø http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php?option=com_content&view=article&id=381:strabismus-atau-mata-juling-pada-anak&catid=55:artikel&Itemid=91 (tanggal Akes: 14 April 2012, waktu: 19.00 WIB)
Ø http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf (Tanggal akses: 14 April 2012, waktu: 19.15 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar